mangga gedong

manggagedongimages

Mangga adalah salah satu buah yang saya sukai 🙂 rasanya manis, kadang asem… dan enaaaak.

Kali ini spesial saya mau membahas tentang mangga gedong yang imut dan cerah ini… Mangga ini setahu saya banyak dijumpai di daerah Jawa Barat ketimbang di Jawa Tengah atau di Jogja. Bagaimana dengan daerah lainnya?

Tadi siang ketika saya berbelanja ke supermarket saya melihatnyaaa,,, ay ay ayyy… ada si mangga gedong ituuu… langsung beli deh, tapi harganya relatif mahal, ya ndak papa lah, beli dikit aja buat “tombo” pengen.. hehehehe

Ada juga yang menyebutnya mangga gedong gincu, apa ya bedanya? ada yang tau? apa ada beda rasanya?

Hmmm yang pasti sekarang saya akan bersiap menikmati si mangga gedong… yummy

Gempa di malam hari

Ya Allah, malam ini pas lagi asik-asik ketik ketik di depan laptop, tiba-tiba ada goyangan lumayan dahsyat… OMG gempa!!! langsung konfirm ke temen yang lagi YM an, ternyata bener, beberapa saat kemudian ada gempa susulan lagi, tapi lebih kecil intensitasnya. Deg degan rasanya….

Cek USGS.GOV belum ada kabar… cek BMG situsnya ga bisa dibuka… ga berapa lama ada running text di Metro TV mengabarkan kalo pusat gempanya di tenggara Wonosari, Yogyakarta. Itu deket dari sini… Lemes… agak-agak parno, langsung telpon suami deh….

Earthquake Details (sumber USGS)

Magnitude 6.1
Date-Time
Location 10.202°S, 110.609°E
Depth 15.9 km (9.9 miles) (poorly constrained)
Region SOUTH OF JAVA, INDONESIA
Distances 265 km (165 miles) S of Yogyakarta, Java, Indonesia
340 km (210 miles) SW of Malang, Java, Indonesia
360 km (220 miles) S of Semarang, Java, Indonesia
620 km (385 miles) SE of JAKARTA, Java, Indonesia
Location Uncertainty horizontal +/- 7.6 km (4.7 miles); depth +/- 32.4 km (20.1 miles)
Parameters NST= 61, Nph= 61, Dmin=543.8 km, Rmss=0.99 sec, Gp= 40°,
M-type=body wave magnitude (Mb), Version=6
Source
  • USGS NEIC (WDCS-D)
Event ID us2009lgba

Senasib

sahabat1 Baru saja pulang buka puasa bersama bareng temen-temen kuliah yang kebetulan “senasib”. Rasanya senang bisa berbagi bersama, bercerita tentang “kisah gila yang pernah dialami bersama pasangan” masing-masing, tentang kehidupan yang kami lalui, tentang bagaimana menghadapi orang-orang yang seringkali menganggap kami “aneh”, really happy with you friend!

Emang mungkin perasaan senasib bikin empati itu bekerja lebih, serasa mendapat dukungan, dan ngrasa bahwa i never walk alone…. 🙂

Thanks to Put & AnN..

Long Distance Love [part 1]

Saya sedang membaca buku yang judulnya amat menarik bagi saya, LONG LDLDISTANCE LOVE begitu judulnya. Wah kayanya “gue” banget nih, begitulah pikiran yang terlintas di benak saya ketika membaca sedikit resensinya di sebuah blog, tadi malam saya mencarinya ke Toko Buku Diskon Toga Mas karena diburu rasa penasaran yang menggebu gebu, hehehe *lebay ah*

Buku ini emang belum selesai saya baca, tapi kok rasanya udah ngga kuasa lagi untuk membaginya bersama rekan rekan senasib sepenanggungan dan seperjuangan para Long Distance Lover yang mungkin sedikit banyak punya problem yang hampir-hampir sama.

Saya sendiri Alhamdulillah baru saja menikah selama 1,5bulan dan sedang menjalani apa yang namanya LDL ini, gimana rasanya? wah jangan ditanya deh, yang namanya kangen itu pasti…. tapi tentunya harus pandai pandai me-manage apa yang namanya kangen, nah jadi matakuliah 2 sks deh, manajemen kangen, hahahahahahaha *jayus dahh*

Saya belum bisa banyak cerita tentang apa isinya buku yang saya beli tadi malam, tapi yang jelas recomended buat para Long Distance Lover, bacalah, barangkali buku itu bisa membuat diri kita merasa lebih baik, seperti apa yang saya rasakan pagi ini.

Satu hal hasil bacaan yang saya catat dengan garis bawah (Ctrl U) :
“Orang selalu mengatakan, LDL adalah hubungan yang rumit, tidak masuk akal dan sulit dijalani. Namun kita seringkali lupa BAHWA SETIAP PASANGAN MEMILIKI KESULITANNYA MASING-MASING, BAHKAN TANPA MENJALANI LDL SEKALIPUN. Jadi tetaplah percaya diri dengan kemampuan kita mengelola LDL yang kita jalani.”

Hufff cukup inspiring sekali kalimat itu, karena saya amat sadar diri bahwa saya adalah tipikal orang yang senang mendengar pendapat orang lain [ baca : kadang bisa dibilang mudah terpengaruh ]. Rasanya sudah ratusan orang yang memberi tanggapan baik berupa nasehat, komentar ataupun sindiran tentang bagaimana hubungan jarak jauh kepada saya. Daaan tentu saja ada pengaruhnya bagi saya. Belum lagi kalau melihat pasangan yang bisa dibilang “normal” karena diberikan kemewahan bisa tinggal satu atap setiap harinya, wiiih mupeng banget deeeeeeeeh…..

Tapi beberapa hari yang lalu saya bisa menyimpulkan bahwa:
“kemewahan yang saya idam idamkan (baca: bisa setiap saat melakukan aktivitas bersama suami tanpa terhalang jarak) barangkali bukanlah kemewahan bagi pasangan lain, dan kemewahan yang telah saya miliki sekarang justru barangkali menjadi idaman bagi pasangan lain.”

Yah sesungguhnya begitulah sifat manusia, selalu ingin keinginannya segera dituruti dan kurang sabar, padahal mungkin keadaan yang seperti ini justru sebuah kehendak dari Allah SWT yang kita belum tau apa artinya.

Beberapa tips yang saya catat (sementara) dari buku ini :
* Saling percaya adalah kunci utama awetnya sebuah LDL
* Tetapkan jadwal untuk menghabiskan waktu bersama, baik secara nyata (fisik) maupun virtual
* Jadikan kecanggihan teknologi sebagai jembatan, manfaatkan email, YM, skype, SMS, MMS, telepon dll sebagai penguat hubungan jarak jauh
* Belajarlah menjadi pendengar yang baik bagi pasangan anda, dan belajarlah menyampaikan perasaan secara artikulatif (bisa menceritakan emosi yang sedang dirasakan)
* Usahakan untuk memiliki kesamaan minat
* Selalu mendukung pilihan-pilihan hidup pasangan kita sejauh apapun dia dari kita

dan tentu saja

SERING SERINGLAH TERTAWA BERSAMA baik secara virtual ataupun saat bersama… HA..HA..HA…HA…HA..HA..

. *mbah surip mode on*

Nah, baru itu yang bisa saya ceritakan, nanti setelah tamat bacanya, saya pasti akan ceritakan lagi…

Oh ya, meski bagaimana, yang jelas saya tetap mengidamkan kemewahan tinggal seatap dengan suami saya tercinta…. Ya Allah kabulkanlah doaku *AMIIIIIIIN*

“Ya Allah, Engkau teman dalam perjalanan dan Engkaulah teman keluarga.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari berkawan dengan orang-orang yang tidak berguna dalam perjalanan dan beroleh kekecewaan di waktu pulang nanti.
Ya Allah, dekatkanlah bagi kami jarak bumi dan mudahkanlah perjalanan kami.”
(Riwayat Ahmad dan Thabarani serta Al-Barazi dari Ibnu ‘Abbas RA)